Mengenal Bakteri Vibrio Parahaemolyticus: Ancaman di Balik Kelezatan Makanan Laut

Ikon ilustrasi bakteri Vibrio Parahaemolyticus

Makanan laut seperti udang, kerang, dan ikan kerap menjadi pilihan favorit banyak orang. Kenikmatannya yang khas seringkali tak terbantahkan. Namun, di balik kelezatan tersebut, tersembunyi potensi risiko kesehatan jika pengolahan dan penyajiannya tidak memperhatikan kebersihan. Salah satu ancaman utama yang perlu diwaspadai adalah kehadiran bakteri Vibrio parahaemolyticus.

Siapa Vibrio Parahaemolyticus?

Vibrio parahaemolyticus adalah bakteri gram-negatif berbentuk koma yang hidup secara alami di lingkungan perairan payau dan laut. Keberadaannya sangat umum, terutama di perairan hangat seperti di wilayah pesisir. Bakteri ini termasuk dalam keluarga besar bakteri Vibrio, yang banyak anggotanya hidup di laut dan beberapa di antaranya bersifat patogen bagi manusia.

Ukuran bakteri ini sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Ia memiliki satu flagela polar tunggal yang membantunya bergerak aktif di dalam air. Reproduksi bakteri ini tergolong cepat dalam kondisi yang mendukung, seperti suhu hangat dan ketersediaan nutrisi.

Bagaimana Infeksi Terjadi?

Cara paling umum seseorang terinfeksi Vibrio parahaemolyticus adalah melalui konsumsi makanan laut mentah atau yang kurang matang. Makanan laut seperti tiram, kerang, kepiting, dan udang yang terkontaminasi bakteri ini saat masih hidup atau selama proses penangkapan, pengolahan, dan penyimpanan, dapat menjadi sumber infeksi. Bakteri ini mampu bertahan hidup di berbagai jenis makanan laut, terutama yang dikonsumsi dalam keadaan segar tanpa melalui proses masak yang memadai.

Selain itu, kontaminasi silang juga bisa menjadi penyebab. Misalnya, jika tangan atau peralatan yang digunakan untuk mengolah makanan laut mentah kemudian digunakan untuk mengolah makanan lain tanpa dicuci bersih, bakteri dapat berpindah. Luka terbuka yang terpapar air laut yang terkontaminasi juga berisiko menyebabkan infeksi luka.

Gejala Infeksi

Infeksi akibat Vibrio parahaemolyticus umumnya dikenal sebagai vibriosis. Gejala yang muncul biasanya bersifat gastrointestinal, dimulai dalam waktu 12 hingga 24 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Gejala umum meliputi:

Pada sebagian besar kasus, infeksi ini bersifat ringan dan akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 3 hari tanpa pengobatan khusus. Namun, pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, orang tua, atau penderita penyakit kronis, infeksi bisa berkembang menjadi lebih serius. Dalam kasus yang jarang terjadi, Vibrio parahaemolyticus dapat menyebabkan infeksi luka yang parah atau bahkan sepsis (infeksi darah) yang mengancam jiwa.

Pencegahan adalah Kunci

Menghindari infeksi Vibrio parahaemolyticus sangat mungkin dilakukan dengan menerapkan praktik kebersihan dan keamanan pangan yang baik. Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

Dengan memahami risiko dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, Anda dapat tetap menikmati kelezatan makanan laut tanpa harus mengkhawatirkan ancaman dari bakteri Vibrio parahaemolyticus. Kesehatan Anda adalah prioritas utama.