Staphylococcus aureus merupakan salah satu patogen bakteri Gram-positif yang sering menjadi perhatian dalam bidang mikrobiologi medis. Keberadaannya dapat menyebabkan berbagai infeksi, mulai dari infeksi kulit ringan hingga infeksi yang lebih serius seperti pneumonia, sepsis, dan infeksi terkait perangkat medis. Oleh karena itu, identifikasi yang akurat dan cepat dari bakteri ini sangat krusial dalam diagnosis dan penanganan pasien. Uji biokimia memegang peranan penting dalam proses identifikasi ini.
Bakteri dari genus Staphylococcus memiliki banyak spesies, dan tidak semua spesies bersifat patogen. Staphylococcus epidermidis, misalnya, adalah flora normal kulit tetapi bisa menjadi oportunistik. Untuk membedakan antara spesies patogen seperti Staphylococcus aureus dengan spesies lain yang kurang berbahaya atau non-patogen, diperlukan serangkaian pengujian yang spesifik. Uji biokimia dirancang untuk mendeteksi kemampuan metabolik spesifik dari bakteri. Kemampuan ini termasuk produksi enzim tertentu, fermentasi karbohidrat, atau produksi senyawa lain sebagai hasil metabolisme.
Beberapa uji biokimia menjadi standar dalam mengidentifikasi Staphylococcus aureus. Mari kita lihat beberapa yang paling umum:
Tes koagulase dianggap sebagai uji definitif untuk mengidentifikasi Staphylococcus aureus. Tes ini mendeteksi keberadaan enzim koagulase, yang mampu menggumpalkan plasma darah. Mekanismenya adalah koagulase berikatan dengan faktor pembekuan darah (globulin) dan mengaktifkannya, yang kemudian memicu kaskade pembekuan fibrinogen menjadi fibrin.
Ada dua metode utama untuk tes koagulase: tes tabung (menggunakan plasma kelinci atau sapi) dan tes slide (menggunakan plasma yang dilapisi slide). Tes tabung umumnya dianggap lebih sensitif dan spesifik.
Tes katalase dilakukan untuk membedakan Staphylococcus dari Streptococcus. Bakteri Staphylococcus umumnya bersifat katalase positif, yang berarti mereka mampu menguraikan hidrogen peroksida (H₂O₂) menjadi air dan oksigen, yang terlihat sebagai gelembung gas. Tes ini biasanya dilakukan dengan meneteskan hidrogen peroksida 3% pada suspensi bakteri. Namun, karena banyak bakteri lain juga katalase positif, tes ini lebih berfungsi sebagai langkah penyaringan awal untuk kelompok bakteri yang lebih besar.
Staphylococcus aureus mampu memfermentasi manitol, sebuah alkohol gula. Bakteri ini memiliki enzim yang memecah manitol dan menghasilkan asam laktat, yang menurunkan pH media. Penurunan pH ini biasanya ditunjukkan dengan perubahan warna indikator pH pada media pertumbuhan, seperti media Baird-Parker agar atau manitol salt agar. Spesies Staphylococcus lain mungkin tidak dapat memfermentasi manitol atau melakukannya dengan lambat.
Selain manitol, uji biokimia lain mungkin melibatkan fermentasi berbagai gula seperti laktosa, maltosa, atau sukrosa. Pola fermentasi karbohidrat yang spesifik dapat membantu membedakan spesies Staphylococcus. Staphylococcus aureus cenderung memiliki pola produksi asam yang khas.
Uji oksidase bertujuan untuk mendeteksi keberadaan enzim sitokrom c oksidase. Sebagian besar bakteri Gram-positif, termasuk Staphylococcus, bersifat oksidase negatif. Tes ini membantu menyingkirkan kemungkinan adanya bakteri Gram-negatif yang mungkin terkontaminasi pada sampel.
Kombinasi uji biokimia, terutama tes koagulase, fermentasi manitol, dan katalase, memberikan dasar yang kuat untuk identifikasi awal dan konfirmasi spesies Staphylococcus aureus. Dalam lingkungan laboratorium klinis, hasil dari uji biokimia ini seringkali dikonfirmasi lebih lanjut dengan metode identifikasi molekuler atau spektrometri massa untuk memastikan akurasi diagnostik. Pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip di balik setiap uji biokimia sangat penting bagi para profesional laboratorium untuk melakukan interpretasi yang tepat dan berkontribusi pada perawatan pasien yang efektif.