Yogyakarta, sebuah kota yang kaya akan budaya dan kuliner, memiliki satu jajanan legendaris yang tak pernah lekang oleh waktu: Bakpia Pathok. Camilan manis ini bukan sekadar oleh-oleh biasa, melainkan sebuah ikon yang merepresentasikan cita rasa dan tradisi. Bagi para penikmatnya, memilih antara bakpia basah dan bakpia kering bisa menjadi dilema tersendiri. Keduanya menawarkan pengalaman rasa yang berbeda, namun sama-sama memikat.
Bakpia Pathok sendiri berawal dari kisah sederhana namun menjadi tonggak sejarah kuliner. Terinspirasi dari kue bulan Tiongkok, bakpia mulai dikenal di kawasan Pathok, Yogyakarta, sejak puluhan tahun lalu. Seiring perkembangan zaman, inovasi terus dilakukan, melahirkan varian rasa dan tekstur yang semakin beragam, termasuk pemisahan antara tipe basah dan kering yang kita kenal saat ini.
Bakpia basah dikenal dengan tekstur kulitnya yang lembut, kenyal, dan cenderung lebih tebal. Proses pembuatannya yang khas menghasilkan lapisan kulit yang lumer di mulut, berpadu harmonis dengan isiannya yang melimpah. Isian klasik bakpia basah biasanya adalah kacang hijau yang dihaluskan dengan gula, menciptakan rasa manis legit yang merata. Namun, kini banyak varian isian lain yang ditawarkan, mulai dari cokelat, keju, durian, hingga rasa-rasa modern lainnya.
Keunggulan utama bakpia basah terletak pada kelembutan dan kelembapan isiannya. Saat digigit, perpaduan kulit dan isian yang lembut ini memberikan sensasi kenikmatan yang tak tertandingi. Bakpia jenis ini sangat cocok dinikmati segera setelah dibeli atau dalam kurun waktu yang relatif singkat, karena kelembapannya membuatnya lebih mudah rusak jika disimpan terlalu lama. Keaslian rasa dan kelembutan inilah yang membuat bakpia basah banyak dicari oleh mereka yang mendambakan cita rasa otentik.
Tips Menikmati Bakpia Basah: Bakpia basah paling nikmat disantap selagi hangat atau pada suhu ruang. Hindari menyimpannya dalam kulkas karena dapat mengubah tekstur kulitnya.
Berbeda dengan saudaranya yang basah, bakpia kering hadir dengan karakteristik yang lebih kokoh. Kulitnya lebih renyah dan sedikit berminyak, memberikan sensasi gigitan yang memuaskan. Proses pemanggangan yang lebih lama atau dengan suhu tertentu membuat kulitnya menjadi garing di luar, namun tetap lembut di bagian dalam isiannya.
Bakpia kering umumnya memiliki masa simpan yang lebih lama dibandingkan bakpia basah. Ini menjadikannya pilihan yang sangat populer sebagai oleh-oleh yang bisa dibawa pulang dengan aman tanpa khawatir cepat basi. Isiannya pun tak kalah beragam, mulai dari kacang hijau klasik hingga aneka kreasi rasa lainnya. Kerenyahan kulitnya yang berpadu dengan kelembutan isian menciptakan kontras tekstur yang unik dan membuat ketagihan.
Pertanyaan klasik ini seringkali memecah belah para pecinta bakpia. Sebenarnya, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Semua kembali pada preferensi pribadi Anda. Jika Anda menyukai tekstur yang lembut, lumer di mulut, dan cita rasa yang pekat serta segera, bakpia basah adalah pilihan yang tepat. Nikmati sensasi kelembutan yang memanjakan lidah Anda.
Namun, jika Anda lebih menyukai sensasi renyah di setiap gigitan, dengan isian yang tetap lembut dan masa simpan yang lebih bersahabat, maka bakpia kering adalah teman terbaik Anda. Keunikan teksturnya yang bertingkat menawarkan kenikmatan tersendiri yang membuat Anda ingin terus mencicipi.
Apapun pilihan Anda, baik bakpia pathok basah maupun kering, keduanya menawarkan kelezatan yang khas dan menjadi simbol kebanggaan kuliner Yogyakarta. Keduanya adalah bukti bahwa tradisi bisa berinovasi tanpa kehilangan esensinya. Jadi, lain kali Anda berkunjung ke Yogyakarta, jangan lupa mencicipi kedua varian ini dan temukan mana yang paling sesuai dengan selera Anda.