Vibrio cholerae adalah bakteri Gram-negatif berbentuk koma (sedikit melengkung) yang menjadi penyebab utama penyakit kolera. Kolera adalah penyakit menular yang ditandai dengan diare hebat dan dehidrasi akut. Bakteri ini umumnya ditemukan di lingkungan perairan yang terkontaminasi, terutama air payau dan air laut. Kemampuannya untuk bertahan hidup dan berkembang biak di berbagai kondisi lingkungan menjadikannya ancaman kesehatan masyarakat yang signifikan, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk dan akses air bersih yang terbatas.
Visualisasi artistik bakteri Vibrio cholerae, menunjukkan bentuk koma khasnya.
Bentuk koma pada Vibrio cholerae adalah ciri khas morfologisnya. Bentuk ini, sering digambarkan sebagai batang bengkok atau koma, memberikannya keuntungan mobilitas di lingkungan cair berkat adanya satu flagela polar. Flagela ini memungkinkan bakteri bergerak aktif untuk mencari sumber nutrisi atau menghindari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Bakteri ini bersifat motil, aerobik fakultatif, dan mampu memfermentasi karbohidrat tanpa menghasilkan asam. Ukurannya relatif kecil, biasanya sekitar 0,5 mikrometer lebar dan 1,5 mikrometer panjang. Keberadaan flagela dan bentuk koma ini menjadi salah satu kunci identifikasi awal dalam pemeriksaan mikroskopis.
Penularan Vibrio cholerae utamanya terjadi melalui konsumsi air atau makanan yang telah terkontaminasi oleh tinja penderita. Kontaminasi ini seringkali berkaitan dengan buruknya sistem sanitasi dan pengelolaan air minum. Musim kemarau dan banjir seringkali memicu peningkatan kasus kolera karena memengaruhi ketersediaan air bersih dan mempermudah penyebaran bakteri. Makanan laut mentah atau setengah matang, terutama kerang-kerangan yang berasal dari perairan tercemar, juga merupakan sumber infeksi yang signifikan. Lingkungan yang lembap dan hangat mendukung kelangsungan hidup bakteri di luar tubuh inang.
Setelah tertelan, Vibrio cholerae akan masuk ke dalam usus kecil manusia. Di sana, bakteri ini melepaskan racun kolera (cholera toxin) yang kuat. Racun ini bekerja dengan mengganggu sel-sel usus, menyebabkan sel tersebut mengeluarkan sejumlah besar cairan dan elektrolit (seperti natrium dan klorida) ke dalam lumen usus. Akibatnya, terjadi diare yang sangat cair, seringkali digambarkan sebagai "tinja seperti air cucian beras". Diare yang parah ini dapat menyebabkan dehidrasi yang mengancam jiwa, ketidakseimbangan elektrolit, syok, dan dalam kasus yang tidak diobati, kematian dapat terjadi dalam hitungan jam.
Pencegahan kolera berfokus pada beberapa aspek penting:
Pengobatan kolera sangat bergantung pada penggantian cairan dan elektrolit yang hilang. Dalam kasus ringan hingga sedang, rehidrasi oral menggunakan larutan oralit sudah cukup. Untuk kasus yang parah, infus intravena diperlukan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang dengan cepat. Antibiotik juga dapat diberikan untuk mengurangi durasi dan keparahan diare, namun rehidrasi tetap menjadi prioritas utama dalam penanganan kolera.