Kehidupan bakteri sangat beragam, dan salah satu cara klasifikasi yang penting adalah berdasarkan kebutuhan mereka terhadap oksigen. Oksigen merupakan elemen krusial bagi banyak organisme untuk proses respirasi seluler, namun tidak semua bakteri memanfaatkannya dengan cara yang sama. Ketergantungan atau ketidakmampuan bakteri dalam menggunakan oksigen ini memunculkan berbagai kategori yang memengaruhi habitat dan peran ekologis mereka.
Bakteri aerobik wajib adalah organisme yang mutlak membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Mereka menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir dalam rantai transpor elektron untuk menghasilkan energi melalui respirasi aerobik. Tanpa adanya oksigen, bakteri jenis ini tidak dapat melakukan metabolisme energi secara efisien dan akhirnya akan mati.
Proses respirasi aerobik menghasilkan jumlah ATP (energi) yang jauh lebih besar dibandingkan dengan proses anaerobik. Bakteri aerobik wajib biasanya ditemukan di lingkungan yang kaya oksigen, seperti permukaan tanah, air yang kaya oksigen, dan dalam sistem pernapasan organisme multiseluler.
Contoh bakteri aerobik wajib termasuk Mycobacterium tuberculosis (penyebab tuberkulosis) dan Pseudomonas aeruginosa (sering ditemukan pada infeksi luka dan saluran kemih).
Sebaliknya, bakteri anaerobik wajib adalah organisme yang tidak dapat mentoleransi oksigen sama sekali. Oksigen bersifat toksik bagi mereka karena mereka kekurangan enzim seperti katalase dan superoksida dismutase yang berfungsi untuk menetralkan spesies oksigen reaktif (ROS) yang berbahaya. Bakteri ini mendapatkan energi melalui fermentasi atau respirasi anaerobik, di mana mereka menggunakan akseptor elektron selain oksigen, seperti sulfat, nitrat, atau karbon dioksida.
Bakteri anaerobik wajib umumnya hidup di lingkungan yang bebas oksigen, seperti sedimen lumpur, saluran pencernaan hewan, dan luka yang dalam. Keberadaan oksigen sekecil apapun dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan membunuh mereka.
Contoh penting dari bakteri anaerobik wajib adalah Clostridium tetani (penyebab tetanus) dan Bacteroides spp. (komponen utama mikrobiota usus).
Kategori ini adalah yang paling fleksibel. Bakteri anaerobik fakultatif adalah organisme yang dapat hidup baik dengan maupun tanpa oksigen. Mereka lebih memilih menggunakan oksigen untuk respirasi aerobik jika tersedia karena menghasilkan energi yang lebih efisien. Namun, jika oksigen tidak ada, mereka dapat beralih ke metabolisme anaerobik (fermentasi atau respirasi anaerobik) untuk menghasilkan energi.
Kemampuan adaptasi ini membuat mereka dapat ditemukan di berbagai macam lingkungan, baik yang kaya oksigen maupun yang miskin oksigen. Fleksibilitas ini merupakan keuntungan besar dalam bertahan hidup di kondisi yang berubah-ubah.
Banyak bakteri patogen yang termasuk dalam kelompok ini, seperti Escherichia coli (E. coli) yang umum di usus dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, serta Staphylococcus aureus yang bisa menyebabkan berbagai infeksi kulit dan sistemik.
Bakteri mikroaerofilik adalah organisme yang membutuhkan oksigen tetapi hanya dalam konsentrasi rendah. Lingkungan dengan konsentrasi oksigen atmosfer normal (sekitar 20%) justru bersifat toksik bagi mereka. Bakteri ini seringkali memiliki mekanisme pertahanan terhadap oksigen yang kurang efisien, sehingga hanya bisa tumbuh optimal di area dengan kandungan oksigen yang lebih rendah dari atmosfer, namun tetap memerlukan oksigen untuk respirasi.
Mereka dapat ditemukan di lingkungan seperti selaput lendir pada hewan atau di lapisan air tertentu yang oksigennya tidak terlalu tinggi.
Contoh bakteri mikroaerofilik adalah Campylobacter jejuni, penyebab umum keracunan makanan.
Bakteri aerotoleran anaerobik adalah organisme yang tidak menggunakan oksigen untuk tumbuh, tetapi mereka tahan terhadap oksigen. Artinya, oksigen tidak menghambat pertumbuhan mereka, meskipun mereka tidak memanfaatkannya untuk menghasilkan energi. Mereka mendapatkan energi sepenuhnya melalui fermentasi.
Meskipun mereka tidak membutuhkan oksigen, keberadaan oksigen tidak membahayakan mereka karena mereka memiliki enzim yang dapat menetralkan spesies oksigen reaktif. Bakteri ini bisa tumbuh baik di lingkungan aerobik maupun anaerobik.
Contoh bakteri aerotoleran anaerobik termasuk Streptococcus pyogenes (penyebab radang tenggorokan) dan beberapa spesies Lactobacillus yang digunakan dalam produksi makanan.
Memahami klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen sangat penting dalam mikrobiologi medis, industri, dan ekologi. Hal ini membantu dalam diagnosis penyakit, pengembangan pengobatan, proses fermentasi industri, serta pemahaman peran bakteri dalam siklus biogeokimia di alam.