Indonesia kaya akan kuliner tradisional yang menggugah selera, termasuk berbagai jenis kue basah dan kering yang memiliki cita rasa khas. Di antara berbagai jajanan manis yang populer, Pia dan Bakpia seringkali disebut-sebut bersamaan, bahkan kadang tertukar. Keduanya memang memiliki kesamaan, yaitu sama-sama merupakan kue dengan isian manis yang dibalut kulit.
Namun, jika ditelisik lebih jauh, terdapat beberapa perbedaan Pia dan Bakpia yang cukup signifikan, baik dari segi bentuk, tekstur kulit, jenis isian, hingga asal-usulnya. Memahami perbedaan ini akan membantu kita lebih menghargai kekayaan kuliner Nusantara.
Perbedaan yang paling kentara antara Pia dan Bakpia terletak pada bentuk dan tekstur kulitnya. Pia umumnya memiliki bentuk yang lebih bulat pipih dan terlihat berlapis-lapis, mirip seperti lapisan adonan pastry yang diistilahkan sebagai puff pastry atau adonan kulit pai. Saat digigit, kulit Pia terasa renyah di luar namun lembut dan sedikit berserat di dalam, memberikan sensasi gigitan yang berlapis.
Sementara itu, Bakpia cenderung memiliki bentuk yang lebih menyerupai bulan sabit atau setengah lingkaran, dengan ukuran yang umumnya lebih kecil daripada Pia. Kulit Bakpia memiliki tekstur yang lebih padat dan lembut, dengan ciri khas permukaan yang terkadang sedikit pecah-pecah atau retak, terutama pada varian Bakpia Pathok yang legendaris. Kulit Bakpia terasa lebih menyatu dan tidak berlapis seperti Pia.
Baik Pia maupun Bakpia menawarkan beragam pilihan isian yang manis. Namun, ada kecenderungan isian yang lebih umum ditemukan pada masing-masing jenis kue ini.
Asal-usul kedua kue ini juga menjadi salah satu pembeda penting. Pia dipercaya memiliki akar dari kue Tiongkok yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa. Kue ini kemudian berkembang dan diadaptasi di berbagai daerah di Indonesia, dengan Pia Legian di Bali menjadi salah satu contoh Pia yang sangat terkenal.
Sedangkan Bakpia memiliki sejarah yang lebih erat kaitannya dengan Yogyakarta, khususnya daerah Pathok. Bakpia Pathok menjadi ikon kuliner Yogyakarta dan konon terinspirasi dari kue bulan Tiongkok, namun diadaptasi dengan cita rasa lokal dan menjadi begitu populer hingga kini.
Secara ringkas, perbedaan Pia dan Bakpia dapat dilihat dari bentuknya yang lebih bulat pipih berlapis pada Pia, berbanding Bakpia yang lebih kecil setengah lingkaran dengan kulit padat. Tekstur kulit Pia renyah berlapis, sementara Bakpia lebih lembut dan terkadang retak. Isiannya pun memiliki dominasi rasa yang berbeda, meskipun kini keduanya menawarkan banyak varian. Asal-usulnya pun berbeda, dengan Pia yang lebih umum diadaptasi dari kuliner Tionghoa secara luas, dan Bakpia yang sangat identik dengan Yogyakarta.
Meskipun memiliki perbedaan, keduanya tetap menjadi camilan favorit yang digemari banyak orang karena kelezatannya masing-masing. Jadi, saat Anda menemui kedua kue ini, kini Anda bisa membedakan dan menikmati keunikan dari Pia dan Bakpia dengan lebih saksama.