Ilustrasi bakteri H. pylori yang mengganggu lapisan lambung.
Bakteri Helicobacter pylori, atau yang lebih sering disingkat sebagai H. pylori, adalah jenis bakteri gram-negatif yang memiliki kemampuan unik untuk hidup dan berkembang biak di lingkungan asam lambung manusia. Keberadaannya di lambung seringkali tidak terdeteksi karena tidak menimbulkan gejala pada sebagian besar orang. Namun, pada individu tertentu, infeksi H. pylori dapat menjadi penyebab utama berbagai masalah pencernaan yang serius. Bakteri ini memiliki bentuk seperti spiral dan dilengkapi dengan flagela yang membantunya bergerak menembus lapisan lendir pelindung lambung.
Infeksi H. pylori adalah salah satu infeksi bakteri paling umum di dunia, diperkirakan menginfeksi lebih dari separuh populasi global. Meskipun demikian, prevalensinya dapat bervariasi tergantung pada faktor geografis, sosioekonomi, dan kebersihan lingkungan. Cara penularannya sendiri belum sepenuhnya dipahami, namun diduga kuat terjadi melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, kontak oral-fakal, atau melalui air liur dan muntah orang yang terinfeksi.
Lapisan lendir pada lambung berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari asam lambung yang sangat kuat. Bakteri H. pylori memiliki mekanisme pertahanan diri yang luar biasa. Mereka mampu menetralkan asam lambung di sekitarnya menggunakan enzim urease, yang mengubah urea menjadi amonia. Amonia ini kemudian menciptakan zona yang sedikit basa, memungkinkan bakteri untuk bertahan hidup dan bergerak lebih dalam menembus lapisan lendir hingga mencapai sel epitel lambung.
Setelah berada di dinding lambung, H. pylori memicu respons peradangan kronis pada tubuh. Peradangan ini, yang dikenal sebagai gastritis, dapat merusak lapisan lambung secara bertahap. Seiring waktu, kerusakan ini dapat menyebabkan erosi pada lapisan pelindung, membentuk luka terbuka yang disebut tukak atau ulser. Tukak lambung atau tukak duodenum (bagian awal usus halus) adalah komplikasi paling umum dari infeksi H. pylori yang tidak diobati.
Lebih lanjut, peradangan kronis akibat H. pylori juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kondisi medis yang lebih serius, termasuk atrofi lambung (penipisan lapisan lambung), metaplasia intestinal (perubahan sel-sel lambung menjadi mirip sel usus), dan bahkan kanker lambung. Oleh karena itu, deteksi dan pengobatan dini infeksi H. pylori sangatlah penting.
Seperti yang telah disebutkan, banyak orang yang terinfeksi H. pylori tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, ketika gejala muncul, mereka seringkali berhubungan dengan peradangan lambung dan tukak, seperti:
Diagnosis infeksi H. pylori biasanya melibatkan kombinasi pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan tes khusus. Tes yang umum dilakukan meliputi:
Mencegah infeksi H. pylori secara keseluruhan memang sulit karena cara penularannya belum sepenuhnya jelas. Namun, menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan tangan, serta memastikan air dan makanan yang dikonsumsi aman dan bersih dapat membantu mengurangi risiko. Mencuci tangan dengan sabun dan air, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet, adalah langkah pencegahan yang fundamental.
Pengobatan infeksi H. pylori biasanya melibatkan kombinasi beberapa jenis obat. Tujuannya adalah untuk membunuh bakteri dan mengurangi asam lambung agar tukak dapat sembuh. Regimen pengobatan yang paling umum adalah terapi eradikasi yang terdiri dari:
Penting untuk mengikuti instruksi dokter secara ketat dan menyelesaikan seluruh rangkaian pengobatan, meskipun gejala sudah mereda. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Jika terapi pertama tidak berhasil, dokter mungkin akan meresepkan kombinasi obat yang berbeda.
Jika Anda mengalami gejala yang mengarah pada masalah lambung, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap infeksi H. pylori dapat mencegah komplikasi yang lebih serius dan menjaga kesehatan pencernaan Anda.