Bakteri dari genus Streptococcus merupakan kelompok mikroorganisme yang sangat beragam dan tersebar luas di lingkungan. Nama "Streptococcus" sendiri berasal dari bahasa Yunani, di mana "streptos" berarti rantai dan "kokkos" berarti biji-bijian, merujuk pada bentuk morfologis umum mereka yang seringkali tersusun dalam formasi seperti rantai atau pasangan. Kelompok bakteri ini memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari patogen yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan, hingga mikroorganisme komensal yang hidup harmonis di dalam tubuh kita, bahkan berperan dalam proses fermentasi makanan.
Secara mikroskopis, Streptococcus adalah bakteri Gram-positif berbentuk kokus (bulat). Ciri khasnya yang paling menonjol adalah kemampuannya untuk membentuk diplokokus (pasangan) atau rantai yang lebih panjang, bergantung pada spesies dan kondisi pertumbuhannya. Ketiadaan flagela membuat mereka tidak bergerak secara aktif, namun mereka dapat tersebar melalui berbagai media. Streptococcus bersifat fakultatif anaerob, artinya mereka dapat tumbuh baik dengan adanya oksigen maupun tanpa oksigen, menjadikannya sangat adaptif terhadap berbagai lingkungan.
Meskipun sering dikaitkan dengan penyakit, tidak semua spesies Streptococcus bersifat patogen. Banyak di antaranya yang merupakan bagian dari mikrobiota normal, terutama di saluran pernapasan bagian atas dan usus manusia. Misalnya, Streptococcus salivarius adalah salah satu bakteri komensal umum di rongga mulut manusia dan berperan dalam mencegah kolonisasi patogen lain.
Namun, beberapa spesies Streptococcus dikenal sebagai penyebab penyakit yang signifikan. Streptococcus pyogenes (juga dikenal sebagai Grup A Streptococcus atau GAS) adalah contoh patogen yang terkenal, bertanggung jawab atas berbagai infeksi mulai dari radang tenggorokan (faringitis), infeksi kulit seperti impetigo dan selulitis, hingga kondisi yang lebih serius seperti demam rematik dan glomerulonefritis pasca-streptokokus. Streptococcus pneumoniae adalah penyebab utama pneumonia, meningitis, dan otitis media (infeksi telinga tengah) pada anak-anak dan orang dewasa. Sementara itu, Streptococcus agalactiae (Grup B Streptococcus atau GBS) merupakan ancaman serius bagi bayi baru lahir, dapat menyebabkan sepsis, pneumonia, dan meningitis.
Di luar peran medis, Streptococcus juga memiliki aplikasi penting dalam industri pangan. Spesies seperti Streptococcus thermophilus dan beberapa spesies dari grup Lactococcus (yang dulunya diklasifikasikan sebagai Streptococcus) merupakan starter budaya kunci dalam produksi berbagai produk susu fermentasi seperti yogurt, keju, dan kefir. Bakteri ini mengonsumsi laktosa (gula susu) dan mengubahnya menjadi asam laktat, yang tidak hanya memberikan rasa asam khas tetapi juga bertindak sebagai pengawet alami dan berkontribusi pada tekstur produk.
Diagnosis infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus biasanya melibatkan pemeriksaan fisik, pengamatan gejala klinis, dan konfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Metode diagnosis yang umum meliputi kultur bakteri dari sampel yang terinfeksi (misalnya, usapan tenggorokan atau darah), tes cepat antigen, dan metode molekuler seperti PCR. Identifikasi spesies Streptococcus sangat penting karena menentukan pilihan pengobatan yang tepat.
Pengobatan infeksi bakteri Streptococcus umumnya melibatkan penggunaan antibiotik. Penisilin dan turunannya seringkali menjadi pilihan utama untuk infeksi Grup A Streptococcus. Namun, resistensi antibiotik menjadi tantangan yang terus berkembang, mendorong penelitian untuk mengembangkan strategi pengobatan baru dan vaksin. Pencegahan, terutama untuk spesies yang bersifat patogen, dapat dilakukan melalui praktik kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan secara teratur, serta melalui program imunisasi yang tersedia untuk beberapa jenis infeksi streptokokus, seperti vaksin pneumokokus. Memahami lebih dalam tentang bakteri Streptococcus sp. membantu kita mengapresiasi kompleksitas peran mereka dalam ekosistem mikroba dan dampaknya terhadap kesehatan manusia.